PENGANGGARAN MODAL : ISU LANJUTAN



INTRO
Di sebagian besar perusahaan, capital budgeting adalah salah satu sumber utama keuntungan    Penganggaran modal adalah istilah yang sering kita dengar pada saat berhubungan dengan uang. Tapi seringkali istilah penganggaran modal disalah tafsirkan sebagai alat untuk menghitung keuntungan saja, padahal penganggaran modal (capital budgeting) bukan hanya sekedar itu saja. Maka dari itu kita harus memahami betul pengertian dari penganggaran modal (capital budgeting) agar penafsiran tidak hanya terbatas pada mencari keuntungan saja tetapi melakukan keputusan investasi yang akan berdampak bagus pada jangka panjang maupun jangka pendek bagi perusahaan. Di suatu perusahaan, seorang manajer keuangan harus paham betul dengan capital budgeting ini sebab seorang manajerlah yang akan memutuskan investasi atau penanam modal ini dapat diinvestasikan agar berdampak baik pada perusahaan.


PROYEK DENGAN USIA BERBEDA
Manajer keuangan menganalisis proyek secara independen. Misalnya kita harus mempunyai dua alternatif investasi yang berbeda usianya, kemudian harus memilih salah satunya. Bagaimana membandingkan kedua investasi tersebut? Misalkan ada dua proyek investasi pergantian kedua investasi tersebut? Mislkan ada dua proyek investasi pergantian mesin yaitu A dan B. Investasi A membutuhkan dana Rp. 640.000,00 dan proyek B membutuhkan investasi sebesar Rp. 840.000,00 dan menghasilkan kas masuk sebesar Rp. 240.000,00 per tahun selama enam tahun. Tabel berikut ini meringkaskan informasi tersebut dengan hasil perhitungan NPV dengan meringkaskan informasi tersebut dengan hasil perhitungan NPV dengan discount rate sebesar 10%.

Tabel 1 Dua Proyek Investasi dengan Usia Berbeda

Aliran kas untuk kedua usulan investasi tersebut bisa dilihat berikut ini. 


Perhitungan tabel diatas menunjukan bahwa proyek B memberikan NPV lebih tinggi dibandingkan dengan proyek A. karena itu proyek B akan dipilih. Tetapi NPV merupakan fungsi dari usia proyek, semakin lama usia proyek akan semakin tinggi NPV-nya. Meskipun hal tersebut tidak menjadi masalah jika proyek tersebut independen, hal tersebut menjadi masalah jika proyek tersebut saling meniadakan (kita harus pilih salah satu) dan pergantian di masa mendatang akan dilakukan. Proyek semacam itu bukan merupakan proyek satu kali saja. Untuk memperoleh perbandingan yang lebih valid, kita perlu menyamakan usia kedua proyek tersebut. Ada dua cara yang bisa dilakukan.

MENYAMAKAN USIA
Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa di samakan menjadi usia 6 tahun. Proyek A dengan demikian mengalami dua siklus, sedangkan proyek B mengalami satu siklus/ skedul aliran kas untuk keduanya bisa dilihat sebagai berikut ini.

Bagan 2. Skedul Alian Kas dengan Menyamakan Usia Proyek

EQUIVALEN ANNUAL NPV (EAN)
Metode ini merubah NPV yang dihitung menjadi angka NPV tahunan. Asumsi yang dipakai oleh metode ini adalah proyek yang ada sekarang akan dilakukan terus menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah sebagai berikut ini.

Eq An NPV = NPVn/PVIFA(r,n)    ............(1)

Dimana :
NPVn = Present value proyek
PVIFA(r,n) Present value factor annuity didasarkan pada tingkat keuntungan yang disyaratkan dan usia proyek


PERTIMBANGAN LANJUTAN
Analisis investasi untuk dua proyek dengan usia berbeda dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah satu). Jika dua proyek tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis seperti itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah analisis tersebut mengasumsikan kondisi yang sama selama umur proyek tersebut; tingkat inflasi dan teknologi dianggap sama. Jika kita memperkirakan tingkat inflasi atau teknologi berbeda, sehingga menyebabkan aliran kas keduanya berubah, maka kita harus memasukkan efek tersebut ke dalam perkiraan aliran kas.


PENGARUH INFLASI
Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan menggunakan aliran kas nominal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama, maka tingkat inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita tidak perlu melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat inflasi keduanya tidak sama. Jika pasar keuangan efisien, maka pasar (investor) akan memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika kita tidak melakukan hal yang sama terhadap aliran kas, maka akan ada kecenderungan downward bias (bias karena hasil analisis NPV menjadi lebih rendah dari yang seharusnya).

Beberapa langkah yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan inflasi :
  1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah memasukkan inflasi yang diharapkan (investor sudah memasukkan inflasi ke dalam tingkat keuntungan yang diharapkan).
  2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian, akan lebih baik jika kita menggunakan tingkat inflasi per-sektor perekonomian.
  3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, misal karena perubahan permintaan dan penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas, sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis

ANALISIS DALAM ANGGARAN MODAL

ANALISIS RISIKO INVESTASI
Untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis mengenai analisis NPV, analisis NPV bisa dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam analisis sensitivitas, kita akan menghitung NPV jika parameter-parameter dalam analisis berubah. Misalkan saja kita mengidentifikasi tiga variabel yang dianggap relevan sebagai berikut ini.
  1. Jumlah kuantitas terjual
  2. Harga per-unit (karena, Penjualan  =  jumlah kuantitas yang diminta × harga per-unit)
  3. Biaya tetap
  4. Investasi awal.

  Kemudian kita mempunyai perkiraan yang berbeda untuk setiap variabel: pesimis, normal, optimis. Dengan melakukan analisis sensitivitas, manajer keuangan bisa memperoleh informasi variabel apa saja yang penting (critical), yang harus diwaspadai oleh manajer keuangan.
  Kelemahan pendekatan sensitivitas di atas adalah menggunakan pertimbangan subyektif untuk menentukan angka pada kondisi pesimis maupun optimis. Pada satu sisi, pendekatan subyektif barangkali memang sebaiknya digunakan. Di sisi lain, pendekatan subyektif bisa menghasilkan bias-bias tertentu, misal ada kecenderungan merubah variabel sedemikian rupa sehingga NPV yang dihasilkan bisa tetap positif.
  Sebagai pelengkap, metode obyektif juga bisa digunakan dalam analisis sensitivitas. Dalam metode ini, kita akan melihat bagaimana efek perubahan variabel jika berubah sebesar angka tertentu, misal 20%, terhadap NPV. Kita bisa mengulangi langkah yang sama dengan merubah angka perubahan menjadi 30%, 10%, 5%, dan melihat efeknya terhadap NPV. Dengan menggunakan angka tetap naik dan turun sebesar 20%, usulan investasi menjadi sensitif terhadap perubahan harga per-unit dan jumlah kuantitas yang terjual.

ANALISIS SKENARIO
Pada analisis skenario, manajer keuangan mengidentifikasi skenario tertentu, kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut. Berbeda dengan analisis sensitivitas, dimana hanya satu variabel berubah, dan mengasumsikan variabel lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel bisa berubah secara bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer keuangan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan baik. Seberapa besar risiko proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas kondisi perekonomian menjadi jelek. Manajer keuangan memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai risiko usulan investasi tersebut, dengan melakukan analisis sensitivitas dan skenario.

ANALISIS SIMULASI
Simulasi memperhalus analisis sensitivitas lebih lanjut. Dalam analisis simulasi, manajer keuangan merubah-rubah variabel yang relevan, kemudian melihat efeknya terhadap NPV. Perubahan dilakukan secara simultan, kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan beberapa kali sehingga akan diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software atau program komputer.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
(1) Menghitung distribusi probabilitas penjualan berdasarkan data historis atau perkiraan lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita bisa menentukan angka random yang berkaitan dengan masing-masing skenario tingkat penjualan.



ANALISIS BREAK EVENT POINT / BEP

ANALISIS BREAK EVENT POINT AKUNTANSI
Analisis break-even bisa digunakan untuk melihat seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat penjualan minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan, analisis break-even bisa digunakan.
Analisis break-even bisa dituliskan sebagai berikut :

Formula tersebut diturunkan sebagai berikut :

Penjualan = VC + FC + Dep

Dimana :
VC = biaya variabel
FC = biaya tetap
Dep = depresiasi

Karena :
Penjualan = P.Q (Harga × Kuantitas)
Biaya Variabel = V.Q  (Biaya variabel per-unit × Kuantitas)

Maka :
P.Q  = V.Q + FC + Dep
P.Q – V.Q = FC + Dep
Q (P – V) = FC + Dep  
Q = (FC + Dep) / (P – V)
Kemudian, masing-masing sisi dikalikan P, sehingga diperoleh P.Q = (FC + Dep) / [ (P – V) / P ]


ANALISIS BREAK EVENT PRESENT VALUE ALIRAN KAS
Manajemen keuangan mempunyai fokus pada aliran kas, bukannya laba akuntansi. Meskipun terjadi break-even akuntansi, sebenarnya perusahaan masih rugi secara eknomis. Untuk menghapus kelemahan tersebut, manajer keuangan bisa melakukan perhitungan break-even dengan memasukkan present value aliran kas.

Untuk menghitung tingkat penjualan dimana NPV = 0, kita bisa menghitung menggunakan formula sebagai berikut :
PV Kas Masuk – PV Kas Keluar = 0

Metode alternatif dalam perhitungan break-even dengan present value aliran kas adalah dengan menggunakan equivalent annual cost (EAC). EAC dihitung sebagai berikut ini.

EAC  = Investasi Awal / PVIFA (r%, T)

EAC bisa diinterpretasikan sebagai komponen investasi awal yang harus “dicover” agar investasi bisa ditutup (break-even). Dengan kata lain, EAC merupakan komponen aliran kas.

Titik break-even di atas bisa dihitung secara matematis sebagai berikut ini.

Komponen biaya (angka yang dibagi) terdiri dari EAC (bagian dari investasi awal), biaya tetap (net-pajak) dan penghematan pajak karena depresiasi. Pembaginya terdiri dari  selisih harga jual dengan biaya variabel net-pajak.


POHON KEPUTUSAN DAN ANALISIS OPSI
Salah satu cara untuk menganalisis ketidakpastian adalah dengan menggunakan pohon keputusan. Dengan menggunakan pohon keputusan, manajer keuangan bisa menganalisis keputusan yang dilakukan secara berurutan. Pilihan akan selalu mempunyai nilai. Diagram pohon keputusan bermanfaat untuk menggambarkan situasi dengan pilihan.
Dalam banyak permasalahan, kesempatan atau peluang memainkan peran yang penting. Analisis keputusan merupakan istilah untuk teknik dalam menganalisis permasalahan yang mengandung risiko, ketidakpastian atau peluang. Pohon keputusan merupakan teknik khusus dalam menganalisis keputusan. Dengan menggunakan diagram pohon keputusan, maka logika dan proses pengambilan keputusan dapat ditelusuri, artinya gambaran yang diberikan dalam diagram keputusan tersebut mudah dipahami, dapat dikaji ulang, proses dan logika pembuatan keputusan dapat diikuti dengan seksama.
Komponen utama dalam diagram pohon keputusan meliputi simpul-simpul dan cabang-cabang. Adapun simpul dibedakan menjadi 3 yaitu simpul keputusan (Kotak), simpul peluang atau kesempatan (lingkaran) dan simpul terminal (bulat). Simpul keputusan mencerminkan alternatif-alternatif atau pilihan – pilihan keputusan yang bisa di ambil oleh perusahaan. Simpul peluang melambangkan keadaan-keadaan yang mungkin terjadi dari alternatif keputusan tersebut. Sedangkan simpul terminal merupakan akhir dari lintasan  proses keputusan.
Dari pembahasan di atas, Penganggaran Modal (capital budgeting) sangatlah penting dalam menentukan alur kas,investasi dan penanaman saham. Dimana bila perhitungan atau keputusan untuk pengambilan penganggaran modal tepat, maka keuntungan bagi perusahaan akan meningkat sesuai dengan perhitungan. Dan sangatlah penting bagi manajer keuangan untuk sangat hati-hati dalam mengambil keputusan dengan keadaan keuangan suatu perusahaan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer